MENDIDIK ANAK MERUPAKAN DIANTARA TANGGUNG JAWAB TERBESAR ORANGTUA

MENDIDIK ANAK MERUPAKAN DIANTARA TANGGUNG JAWAB TERBESAR ORANGTUA

🔰 FATWA:

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin (1421H) rahimahullahu ta’ala.

📬 PERTANYAAN:

أن بعض الآباء ينشغل في أعماله، وقد لا يتمكن من سؤال أبنائه عن مستواهم الدراسي أو من يصحبون، فهل هذا تضييع لحقوقهم؟

Sesungguhnya sebagian dari orangtua ada yang disibukkan dengan urusan pekerjaan, sehingga terkadang ia tidak sempat untuk bertanya kepada anaknya dari perkembangan belajarnya atau siapa saja yang menjadi teman bermainnya, maka apakah ini termasuk menyia-nyiakan hak anak?

🗝 JAWABAN:

قوله إنه ينشغل بأعماله نقول: من أكبر أعماله أبناؤه وبناته، ومسئوليتهم أعظم من مسئولية تجارته، ولنسأل ماذا يريد من تجارته؟ إنه لا يريد منها إلا أن ينفق على نفسه وأهله.. وهذا غذاء البدن، وأهم منه غذاء القلب، غذاء الروح، زرع الإيمان والعمل الصالح في نفوس الأبناء والبنات. ثم ليعلم أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال:« إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له». فالولد الصالح ينفع أباه وأمه في الحياة والممات، فهو أولى من مراعاة المال، فالمال إن كان صاحبه ذا غنى كثير أمكنه أن يجعل فيه عاملين يعملون بالتجارة، وإن كان دون ذلك فإن الله يقول:﴿ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ﴾ [الطلاق:2-3].

“Jika dikatakan “bahwa ia disibukkan dengan urusan pekerjaan”, maka kita katakan kepadanya, sesunguhnya termasuk pekerjaan yang paling penting bagi orangtua ialah mendidik anak-anak mereka. Dan tanggungjawab mereka terhadap anak-anaknya jauh lebih besar daripada tanggungjawab terhadap urusan pekerjaan.

Kemudian jika kita tanyakan kepada mereka, apa yang sebenarnya dia harapkan dari pekerjaan yang dilakukannya? Bukankah ia melakukan itu semua tidak lain kecuali dengan tujuan untuk memberi nafkah terhadap diri dan keluarganya?!

Namun semua itu hanya sebatas asupan gizi bagi badan saja sedangkan yang paling utama ialah asupan gizi bagi hati dan bagi jiwa anak-anak. Yaitu dengan menanamkan iman dan amal shalih di hati anak-anak mereka.

Kemudian satu hal yang perlu diketahui, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

” إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya.” [HR. Muslim no. 1631 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu.]

Anak yang shalih akan memberikan manfaat kepada ayah dan ibunya, baik ketika masih ayah dan ibunya masih hidup ataupun sudah meninggal. Maka sudah tentu ini yang paling utama untuk dijaga daripada harta.

Kalaulah ia termasuk orang yang berharta dan memiliki kekayaan yang banyak, ia mampu mencari pegawai yang bisa mengurus urusan pekerjaannya, namun bila keadaan ekonominya dibawah itu, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mengatakan,

{وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ} [الطلاق : 2-3]

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [QS. At-Talaq : 2-3 ].

📚 Sumber: Silsilah al-Liqaa’ as-Syahri (vol. 58)

📼 Sumber Audio:

http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/mm_058_02.mp3

•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•

Channel WhatsApp alilmoe

Telegram @alilmoe

Telegram @Al-Hijri

Instagram @al_ilmoe

Website www.alilmoe.com