KEMULIAAN DUNIA HANYALAH DIRAIH DENGAN BERDZIKIR, BERAMAL SHALIH DAN MENUNTUT ILMU
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ.“
“Dunia itu terlaknat dan terlaknat juga seluruh yang ada di dalamnya, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan sarana-sarana untuk berdzikir kepada Allah (ketaatan kepada-Nya), seorang berilmu atau seorang yang menuntut ilmu (syar’i) .” HR. Tirmidzi (no. 2322) dan Ibnu Majah (4112) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dan hadits ini dihasankan oleh syaikh al-Albani rahimahullah, lihat as-Shahihah (no. 2797).
🔖 MAKNA HADITS SECARA UMUM
¶ Dilaknat (ملعون). Dalam bahasa arab “laknat” maknanya ialah,
الطرد والإبعاد.
“Terusir dan dijauhkan.” Tafsir al-Qurthubi, QS. Al-Baqarah (2 : 161)
Adapun makna “laknat” pada hadits ini ialah, tercela. Syaikh Ibnu Bazz rahimahullahu ta‘ala berkata,
والمعنى: باللعن: الذم، يعني: مذمومة (الدنيا)، اللعن: الذم، ومنه قوله تعالى :
“Makna laknat disini adalah tercela, yakni dunia itu tercela. Seperti dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,
﴿وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ﴾
“Dan (begitu pula) pohon yang dilaknat (zaqqum) dalam al-Quran.” QS. Al-Isra (17 : 60)
يعني: المذمومة؛ لأن الله قال فيها،
Dilaknat maksudnya dicela, karena Allah ‘Azza wa Jalla berkata tentangnya (mencelanya),
﴿إِنَّ شَجَرَتَ ٱلزَّقُّومِ ٤٣ طَعَامُ ٱلۡأَثِیمِ ٤٤ كَٱلۡمُهۡلِ یَغۡلِی فِی ٱلۡبُطُونِ ٤٥ كَغَلۡیِ ٱلۡحَمِیمِ ٤٦﴾
“Sungguh pohon zaqqūm itu, makanan bagi orang yang banyak dosa. Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas.” QS. Ad-Dukkhan (44 : 43-46)
فاللعن هنا بمعنى: الذم، يعني: مذمومة الدنيا؛ لأن أكثر من فيها اشتغلوا بها عن الآخرة، وصدتهم عن الآخرة بزخرفها وشهواتها، فهي مذمومة مذموم ما فيها، إلا ذكر الله سبحانه وتعالى بقراءة القرآن، بالتسبيح والتهليل، بما في القلوب من ذكر الله وتعظيمه، وما والى ذلك من طاعة الله وترك معاصيه، هذا ممدوح ليس بمذموم.
Maka makna “laknat” pada hadits ini maksudnya adalah tercela, artinya, dunia ini tercela. Karena kebanyakan penghuninya jauh dari akhirat, dan keindahannya serta hiasannya memalingkan mereka dari kehidupan akhirat.
Maka inilah yang menjadikan dunia itu tercela dan tercela seluruh yang ada di dalamnya, kecuali dengan berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, bertasbih (mengucapkan subhanallah), bertahlil mengucapkan laa ilaaha illallah), dan apa yang terdapat di dalam hati dari mengingat Allah serta pengagungan kepada-Nya, dan dengan seluruh sarana yang menghantarkan kepada ketaatan kepada Allah dan meninggalkan dosa-dosa-Nya, ini tidaklah tercela…”
Sumber: Fatawaa Nuur Alad Darb
🔖 BEBERAPA FAEDAH DARI HADITS;
1. Kehidupan dunia merupakan ujian dan fitnah terbesar bagi hamba.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلا بَلاءٌ وَفِتْنَةٌ.
“Tidaklah tersisa di dunia ini melainkan hanya ujian dan fitnah.”
HR. Ibnu Majah dari Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma (60H). Dan dishahihkan syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (no. 3276)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
﴿ٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَا لَعِبࣱ وَلَهۡوࣱ وَزِینَةࣱ وَتَفَاخُرُۢ بَیۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرࣱ فِی ٱلۡأَمۡوَ ٰلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِۖ﴾ [الحديد ٢٠]
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan.” QS. Al-Hadid (57 : 20)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
﴿زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰتِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ﴾ [آل عمران ١٤]
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” QS. Ali Imran (3 : 14)
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
• Dan Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan pada ayat setelahnya diantara kiat terbesar untuk menghadapi godaan fitnah dunia adalah dengan mengingat kehidupan akhirat dan balasan yang telah disediakan bagi orang-orang bertakwa.
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
﴿قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَرِضْوَٰنٌ مِّنَ ٱللَّهِ﴾
“Katakanlah (wahai Muhammad ﷺ), “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah.” QS. Ali Imran (3 : 14).
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
﴿وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا لَعِبࣱ وَلَهۡوࣱۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡـَٔاخِرَةُ خَیۡرࣱ لِّلَّذِینَ یَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ﴾ [الأنعام ٣٢]
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” [QS. Al-An‘aam : 32]
2.Bahwa berdzikir kepada Allah merupakan sebab keberuntungan terbesar dan akan menjauhkan hamba dari kerugian.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
﴿إِنَّ ٱلۡمُسۡلِمِینَ وَٱلۡمُسۡلِمَـٰتِ وَٱلۡمُؤۡمِنِینَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ وَٱلۡقَـٰنِتِینَ وَٱلۡقَـٰنِتَـٰتِ وَٱلصَّـٰدِقِینَ وَٱلصَّـٰدِقَـٰتِ وَٱلصَّـٰبِرِینَ وَٱلصَّـٰبِرَ ٰتِ وَٱلۡخَـٰشِعِینَ وَٱلۡخَـٰشِعَـٰتِ وَٱلۡمُتَصَدِّقِینَ وَٱلۡمُتَصَدِّقَـٰتِ وَٱلصَّـٰۤىِٕمِینَ وَٱلصَّـٰۤىِٕمَـٰتِ وَٱلۡحَـٰفِظِینَ فُرُوجَهُمۡ وَٱلۡحَـٰفِظَـٰتِ وَٱلذَّ ٰكِرِینَ ٱللَّهَ كَثِیرࣰا وَٱلذَّ ٰكِرَ ٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغۡفِرَةࣰ وَأَجۡرًا عَظِیمࣰا﴾ [الأحزاب ٣٥]
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab : 35)
¶ Dan amalan dzikir tidaklah terkhusus dengan membaca kalimat-kalimat dzikir semata, karena sejatinya berdzikir itu adalah ketaatan hamba kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Sa‘id bin Jubair -95H- rahimahullahu ta’ala berkata,
الذكر طاعة الله، فمن أطاع الله فقد ذكره ومن لم يطعه فليس بذاكر وإن أكثر التسبيح و قراءة القران.
“Dzikir itu adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah, maka dia adalah orang yang berdzikir kepada Allah dan siapa saja yang tidak taat kepada Allah, maka bukanlah dia termasuk orang yang berdzikir kepada Allah, walaupun banyak bertasbih dan membaca al-Quran.” Hilyatul Auliya (jilid: 4/hal. 306)
🗝 Dan sebagaimana juga dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ.“
“Apabila seseorang bangun di waktu malam, lalu dia membangunkan istrinya, kemudian keduanya mengerjakan salat dua rakaat, maka keduanya akan dicatat sebagai pria dan wanita yang banyak berzikir pada Allah.” HR. Ibnu Majah (no. 1335) dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan syaikh al-Albani.
3. Keutamaan orang-orang berilmu dan mengamalkan ilmunya.
Syaikh Ibnu Bazz rahimahullahu ta‘ala mengatakan, bahwa orang berilmu di hadits ini maknanya ialah,
الذين يعلمون الشرع ويدعون إلى الله، ويبصرون الناس بالحق.
“Orang-orang yang berilmu tentang syariat/agama Allah, mereka berdakwah di jalan Allah dan mengajak manusia kepada kebenaran.” Fatawaa Nuur Alad Darb
Dan para ulama menyebutkan, bahwa ayat-ayat maupun hadits-hadits yang bercerita tentang keutamaan ilmu dan orang-orang berilmu serta anjuran untuk mempelajarinya, hanyalah ilmu agama yang bersumber dari al-Quran, al-Hadits as-Shahih dengan pemahaman generasi salafus shalih.
Dan diantara keutamaan bagi orang-orang berilmu, bahwa mereka mendapatkan shalawat dari Allah dan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ.“
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu) kepada manusia.”
HR. Imam At-Tirmidzi dalam As-Sunan (no. 2685) dari sahabat Abu Umamah Al-Baahili radhiyallahu ‘anhu dan dinyatakan sebagai hadits hasan oleh syaikh Al-Albani dalam as-Shahihah (jilid: 4/hal: 468.
Dan diantara keutamaan lainnya, bahwa orang-orang berilmu akan mendapatkan pahala yang tidak akan terputus.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا“
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” HR. Imam Muslim dalam As-Shahih (no. 2674) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
4. Keutamaan orang-orang yang mau belajar ilmu.
Menjauh dari belajar ilmu agama merupakan perangkap iblis terbesar.
Al Imam Ibnul Jauzi -Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al-baghdadi, wafat 597H- rahimahullahu Ta’ala berkata,
الباب الأعظم الذي يدخل منه إبليس على الناس هو الجهل.
“Pintu paling besar yang akan “dikunjungi” iblis terhadap manusia ialah pintu kebodohan (terhadap ilmu agamanya).” Talbis Iblis (hal. 120)
Beliau juga berkata,
اعلم أن أول تلبيس إبليس على الناس صدهم عن العلم؛ لأن العلم نور فإذا أطفأ مصابيحهم خبطهم في الظلام كيف شاء.
“Ketahuilah bahwa perangkap iblis yang pertama terhadap manusia ialah menghalangi mereka dari ilmu agama, karena ilmu adalah cahaya. Bilamana iblis telah berhasil memadamkan cahaya bagi mereka, maka dengan mudah ia menyesatkan manusia dalam kegelapan sesuai keinginannya.” Talbis Iblis, Pada Pasal Talbis Iblis Kepada Kaum Sufi (hal. 289)
Sehingga dalam sebuah hadits disebutkan bahwa menuntut ilmu merupakan jalan menuju Surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ.“
“Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan yang ia cari ilmu padanya, maka Allah akan mudahkan jalan untuknya menuju Surga.” HR. Imam Muslim (no. 2699) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Dan Al Imam Ibnu Rajab rahimahullahu ta‘ala ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata,
وسلوك الطريق لالتماس العلم يدخل فيه سلوك الطريق الحقيقي ، وهو المشي بالأقدام إلى مجالس العلماء ،
Menempuh jalan untuk mencari ilmu, bisa mencakup menempuh jalannya secara hakiki, yaitu dengan berjalan kaki menuju majelis para ulama.
ويدخل فيه سلوك الطرق المعنوية المؤدية إلى حصول العلم ، مثل حفظه ، ودارسته ، ومذاكرته ، ومطالعته ، وكتابته ، والتفهم له ، ونحو ذلك من الطرق المعنوية التي يتوصل بها إلى العلم .
Dan mencakup juga menempuhnya jalannya secara maknawi, yaitu dengan menempuh sebab yang dapat menghantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu, seperti, menghapalnya, mempelajarinya, mengulanginya, menelitinya, menulisnya, memahaminya dan seluruh sarana yang dapat menghantarkan seseorang kepada ilmu tersebut.” Jami’ul ‘ Uluum Wal Hikam (jilid: 2/hal. 297)
Aun Bin Abdillah (wafat 119H) rahimahullahu ta’ala berkata,
كان يقال : إن استطعت أن تكون عالماً ، فكن عالما. فإن لم تستطع فكن متعلماً . فإن لم تكن متعلما ، فأحبهم، فإن لم تحبهم ، فلا تبغضهم.
Dahulu sering dikatakan, “Jika kamu mampu untuk menjadi seorang yang berilmu; maka jadilah orang yang berilmu. Namun jikalau tidak mampu; maka jadilah seorang penuntut ilmu.
Dan jika kamu tidak menjadi seorang penuntut ilmu; maka cintailah mereka. Namun jikalau kamu tidak mencintai mereka; maka janganlah membenci mereka.” Jami’ Bayan al-Ilmi Wa Fadhlih, karya Ibnu Abdil Barr (jilid: 1/hal. 154-155)
•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈•
📱 Facebook Al Ilmoe:
https://www.facebook.com/share/BwmUfeJ3YKBu3uvD/?mibextid=qi2Omg
📟 Instagram al_ilmoe: https://instagram.com/al_ilmoeigshid=ZDdkNTZiNTM=
📟 WA alilmoe:
https://whatsapp.com/channel/0029VaGNWYLDJ6H6tfpwSh0b
🌐 Website alilmoe :
🔖 Telegram alilmoe:
🔖 Telegram Al Hijri: